
Sepulang dari membeli groceries dan membuka pintu unit rumah, saya kaget karena di ruang tamu ada empat perempuan. Kok udah penuh aja. Satu dewasa dan tiga anak-anak 🙂
Jujur, saya masih mencoba beradaptasi dengan semakin besarnya jumlah anggota keluarga kami setelah kedatangan Afiya. Saya dan Sari menikah di bulan Januari 2012 setelah sembilan tahun berselang, Kartu Keluarga kami akan berisi lima nama. Itu berarti tanggung jawab saya semakin berat ^^J
Ketika ada yang datang, ada juga sosok penting yang pergi. Bapak Mertua qadarullah terkena COVID-19, lalu virus tersebut memperparah penyakit komorbid lainnya. Meskipun Bapak tidak bersama lagi, beliau meninggalkan mimpi dan perjuangannya kepada kami. Bapak meninggalkan mimpi berupa kemandirian ekonomi dan semangat entrepreneurship dengan merintis usaha Toko Elektronik di kampung halaman, Desa Banjararum Kecamatan Kalibawang Kulon Progo. Bapak juga merupakan seorang pendidik mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai Guru Matematika dan Elektro tingkat SMP di SMPN 1 Samigaluh.
Saya dan Sari sepakat untuk berbagi peran ketika pulang nanti dari Negeri Kincir Angin untuk melanjutkan mimpi dan perjuangan Bapak. Sari menjadi karyawan di Toko Elektronik, meneruskan usaha Bapak dan saya akan mencari kesempatan menjadi pengajar di kampus/universitas di Yogyakarta. Semoga Allah berikan kekuatan dan kesabaran 🙂
Doakan kami yak! (Takeshi Castle mode)
Foto: Dekat kapal SS Rotterdam
