Perdebatan Ruang TV

habis_nonton

 

Foto di atas diambil saat saya pertama kali nonton bareng di Bioskop. Jika saya tidak keliru kami menonton Om James Bond. Untuk kedua kalinya  pada sekuel Quantum of Solace ini Daniel Craig bermain. Kami memang lebih biasa nonton film action atau horror. Jika ketika terkait dengan film-film romantis religius seperti Ketika Cinta Bertasbih, Mihrab Cinta tentu kita anak JW3 nggak nonton bareng.  Alhamdulillah kami masih normal. Ataupun nonton konser dua dekade Kahitna, live music Maher Zain tentu kami masing-masing cukup selektif mengajak siapa. Hehe.  Biasanya mereka cukup ahli menyembunyikan dengan siapa mereka menonton.

Tapi setahu saya, nonton bareng James Bond itu merupakan jama’ah paling banyak. Kita kemudian jarang nonton bareng karena mungkin banyaknya kesibukan, tapi ada pula andil adanya TV di ruang berkumpul kami di ruang tengah. Dan disanalah banyak perdebatan terjadi.

Saat makan malam habis maghrib biasanya kita berdebat dan eyel-eyelan. Kayak calon pejabat kami diskusi terkait bangsa dan negara. Dari kasus subsidi BBM hingga kasus KPK Cicak versus Buaya. Aktivis bener bukan? Tapi semua berubah setelah jam nonton TV.  Ada dua kutub dalam acara berdebat menonton TV di ruang tengah. Satu kubu punya pandangan bahwa film-film bagus itu ada di HBO ataupun fox movies. Film-film Holywood, Britania Raya dan Eropa jadi acuan. Yang ada di golongan ini di antara Syarif, Sinyo, Fadly, Abas, Dani dan masih banyak lainnya.

Kutub kedua yang juga garis keras meski minoritas adalah para penikmat Celestial Movie. Pendukung ide utamanya adalah Lakso Anindito dan saya sendiri. Kami berpendapat film-film dengan wajah oriental lebih nyaman ditonton dan lebih ideologis. Lakso lebih suka film-film Mandarin, mungkin,  karena wajahnya yang oriental.   Sedangkan saya film Jepang dan Korea. Dua kubu besar ini kemudian berebut dan beradu argumen film mana yang lebih worth it untuk ditonton.

Uniknya, dari dua kubu yang berbeda tadi bersepakat bahwa FTV adalah tayangan wajib di pagi hari. Terutama Bang Fadly. Kalian bisa confirm semua judul FTV pada medio 2009-2010 sudah kami tonton semua. Mulai dari judul-judul aneh seperti “Pacarku Tukang Ojek”, “Cinta di Kandang Sapi”, “Kekasihku Orang Desa”  dan judul-judul sejenis. Bahkan, kami tahu ada seri FTV yang ditayang ulang. Plotnya pun selalu sama: (1) Melibatkan dua karakter berbeda, biasanya yang satu berlatar belakang sangat miskin satu sangat kaya (2) Ketemu tidak diduga  (3) Selalu bertengkar, berkonflik dan benci dulu (4) Karena sering ketemu maka benih-benih cinta muncul  (5) Ada orang ketiga, konflik pun terjadi (6) Jadian dan Happy Ending. Dah gitu-gitu aja 😀

Untuk tayangan olahraga, biasanya perdebatan tidak banyak terjadi. Akan menonton bersama-sama jika final liga champion. Untuk MU maka akan ada Syarif dan Arief yang akan menonton. Chelsea main pasti ada Aulia disana. Jika Arsenal bermain, biasanya sepi dan hanya ada Sinyo di ruang TV 😛 Yang tidak beruntung saya dan Agung Baskoro, kala itu Juventus baru jelek-jeleknya. Tidak ada stasiun televisi yang menyiarkan.

Apapun itu, perdebatan ruang TV akan selalu dirindukan. Dari mulai kekonyolan tak terperi, curhat-curhat, konsolidasi peta persebaran jajahan. Sloga kami perkuat pusat, perbanyak cabang.  Lalu taklupa momen makan malam bareng, makan oleh-oleh yang dibawa kawan kontrakan dari pulang kampung, termasuk pudding, cake atau kue yang penuh cinta dari para fans dan gebetan. Hehe.

Aduh mbak-mbak, andai kalian tahu siapa kami  😀

#KamiTidakBubar #JW3NovusOrdo